Menurut Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, umur 15-25 tahun merupakan usia produktif. NII membutuhkan kader yang masih enerjik untuk menjalankan aktivitas organisasi.
"Anak umur segitu masih di bawah naungan orang tua. Artinya masih diberi uang jajan sehingga bisa bayar infaq untuk NII. Gampang keluar rumah dan banyak punya teman sehingga bisa merekrut kader," ujarnya..
Ken yang mengaku pernah menjadi anggota NII mengatakan 60-70 persen anggota NII berasal dari keluarga dengan ekonomi baik. Menurutnya, anggapan bahwa orang yang gampang direkrut menjadi anggota NII adalah orang kesepian atau broken home, kurang tepat.
"Yang diincarkan pendidikan baik dan ekonomi baik, yang tertutup tapi berpretasi, dan gampang dipengaruhi, berpikir baik kepada teman-temannya," papar Ken.
Sebagaimana diberitakan, korban pencucian otak berjatuhan. Setelah Laela Febriani alias Lian, 15 mahasiswa di Malang, Jawa Timur, didoktrin untuk tidak percaya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Lian hilang pada Kamis (7/4/2011), setelah makan siang bersama teman-teman sekantor di kantin Kementerian Informasi dan Komunikasi. Usai makan siang Lian tidak kembali ke kantornya, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Kepada teman-temannya, Lian mengaku akan menemui seseorang di Jalan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sampai jam pulang kantor, ibu satu anak itu tidak pernah kembali ke kantornya.
Lian ditemukan Masjid Ata'awwun, Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada hari Sabtu (9/4/2011). Kala itu, Lian bercadar, membawa dua buku tentang jihad dan mengaku bernama Maryam. Diduga, ia dicuci otaknya.
Belum bisa dipastikan siapa pencuci otak Lian. Diduga pelakunya dari anggota Negara Islam Indonesia. Seperti yang terjadi di Malang, sembilan dari 15 mahasiswa yang diduga dicuci otak adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka didoktrin untuk tidak percaya NKRI.
"Anak umur segitu masih di bawah naungan orang tua. Artinya masih diberi uang jajan sehingga bisa bayar infaq untuk NII. Gampang keluar rumah dan banyak punya teman sehingga bisa merekrut kader," ujarnya..
Ken yang mengaku pernah menjadi anggota NII mengatakan 60-70 persen anggota NII berasal dari keluarga dengan ekonomi baik. Menurutnya, anggapan bahwa orang yang gampang direkrut menjadi anggota NII adalah orang kesepian atau broken home, kurang tepat.
"Yang diincarkan pendidikan baik dan ekonomi baik, yang tertutup tapi berpretasi, dan gampang dipengaruhi, berpikir baik kepada teman-temannya," papar Ken.
Sebagaimana diberitakan, korban pencucian otak berjatuhan. Setelah Laela Febriani alias Lian, 15 mahasiswa di Malang, Jawa Timur, didoktrin untuk tidak percaya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Lian hilang pada Kamis (7/4/2011), setelah makan siang bersama teman-teman sekantor di kantin Kementerian Informasi dan Komunikasi. Usai makan siang Lian tidak kembali ke kantornya, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Kepada teman-temannya, Lian mengaku akan menemui seseorang di Jalan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sampai jam pulang kantor, ibu satu anak itu tidak pernah kembali ke kantornya.
Lian ditemukan Masjid Ata'awwun, Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada hari Sabtu (9/4/2011). Kala itu, Lian bercadar, membawa dua buku tentang jihad dan mengaku bernama Maryam. Diduga, ia dicuci otaknya.
Belum bisa dipastikan siapa pencuci otak Lian. Diduga pelakunya dari anggota Negara Islam Indonesia. Seperti yang terjadi di Malang, sembilan dari 15 mahasiswa yang diduga dicuci otak adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka didoktrin untuk tidak percaya NKRI.